Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian
Harjanto mengatakan naiknya nilai tukar dolar Amerika akan memberikan
peluang baru terhadap pelaku industri dalam negeri. "Bisa jadi peluang
tapi untuk yang berbasis industri sumber daya alam," ujarnya kepada Tempo di kantornya, Kamis, 17 Desember 2014.
Harjanto
menjelaskan, industri yang dimaksud antara lain agro, makanan, dan
minuman. Sebab, industri tersebut membeli bahan baku dengan rupiah dan
menjual produknya dalam mata uang dolar. "Jadinya ada keuntungan,"
ujarnya.
Namun industri yang berbasis teknologi tidak akan merasakan hal yang sama. Menurut Harjanto, industri tersebut malah mengalami tekanan. Industri seperti kimia dan logam dasar yang mengimpor bahan baku 25-50 persen pasti akan tertekan. "Tapi, industri lain yang di bawah 25 persen lain cerita," kata Harjanto.
Namun industri yang berbasis teknologi tidak akan merasakan hal yang sama. Menurut Harjanto, industri tersebut malah mengalami tekanan. Industri seperti kimia dan logam dasar yang mengimpor bahan baku 25-50 persen pasti akan tertekan. "Tapi, industri lain yang di bawah 25 persen lain cerita," kata Harjanto.
Harjanto menilai sulit mengambil keuntungan dari penguatan dolar. Pelemahan rupiah, kata dia, juga bukan momentum yang tepat untuk menguasai pasar. "Sebenarnya kita secara langsung sudah menguasai pasar," katanya.
Meski demikian, pemerintah berharap kurs rupiah segera stabil lagi. Sebab, karena momentum ini, ada industri yang dirugikan dan diuntungkan. Harjanto mengatakan ketidakstabilan rupiah menyebabkan pengusaha sulit memprediksi biaya operasional. "Nanti akan timbul biaya di luar dugaan," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar